Potensi jagung di Desa Lunjen sangat besar, tidak hanya sebagai sumber utama penghasilan bagi masyarakat tetapi juga sebagai tanaman pangan yang vital. Jagung memberikan karbohidrat yang penting selain gandum dan padi. Namun, keberhasilan ini juga menimbulkan masalah dalam bentuk limbah kulit jagung yang terus bertambah. Masyarakat di Desa Lunjen panen jagung setidaknya tiga kali dalam setahun, menyebabkan limbah kulit jagung menumpuk. Cara tradisional dalam mengatasi limbah ini, seperti membakarnya, telah menimbulkan masalah baru berupa polusi dan risiko kesehatan bagi masyarakat.

Namun, di tengah masalah tersebut, terdapat potensi besar untuk mengubah limbah kulit jagung menjadi sumber ekonomi yang bernilai. Melalui inovasi dan kreativitas, limbah kulit jagung dapat dijadikan bahan baku untuk kerajinan tangan, seperti bunga hiasan dan cendramata. Hal ini tidak hanya mengatasi masalah limbah, tetapi juga meningkatkan kesadaran lingkungan dan memberikan nilai ekonomis tambahan bagi masyarakat. Dengan demikian, jagung tidak hanya menjadi sumber penghasilan utama tetapi juga menjadi aset yang berpotensi untuk memberikan nilai tambah melalui pengelolaan yang bijaksana terhadap limbahnya.